Semua orang menunggu jawaban- ku. Aku menelan ludah. Mama Seli mengangguk kepadanya, memberi semangat. Dengan suara bergetar. Mereka pergi, aku juga ikut pergi. Hana tersenyum lembur. Kalian adalah sahabat baik satu sama lain. Ada banyak sekali kekuatan besar di dunia paralel, salah satunya yang amar besar adalah kekuatan persahabatan. Alam sekitar akan membantu kalian. Sisanya, Av menjelaskan rencana perjalanan, dua minggu lap.
Segala sesuatu akan disiapkan. Miss Selena akan mengurus izin sekolah. Kami tidak bisa menunggu libur panjang seperti sebelumnya. Av me- nyuruhku dan Ali untuk memberitahu orangrua kami masing- masing. Perjalanan itu memiliki tenggat tujuh hari. Jika kami gagal menemukannya dalam jangka waktu tersebut, Av meme- rintahkan Miss Selena membawa rombongan kembali ke Klan Bulan.
Aku beranjak turun, melambaikan tangan pada Seli. Si Putih, kucingku, berlari menyambut saat aku membuka pintu depan. Aku berjongkok, membiarkan kucing itu melompat ke tangan- ku. Kucingku ini seakan bisa mengerti kalimatku. Tidak ada Mama di ruang tengah. Mungkin ada di ruang makan atau dapur. Aku terus melangkah. Juga tidak ada Mama di sana. Kamu tahu di mana Mama. Si Putih mengeong, menunjuk Mama yang sedang berkutat memperbaiki mesin cuci.
Kamu sudah pulang sekolah? Padahal usianya dua tahun juga belum. Tampilannya sudah seperti montir profesional, membongkar mesin cuci. Aku mendekat. Mama bisa memperbaikinya. Mama masak sup kesukaanmu. Kamu ganti baju dulu sana. Aku mengangguk, menurut. Tadinya aku berencana hendak memberirahu Mama soal peijalanan itu. Mungkin siang ini waktu yang tepat. Tapi melihat Mama yang berkutat dengan mesin cuci, itu bukan ide baik. Mungkin menunggu hingga sore.
Aku hafal kebiasaan Mama. Beberapa jam Mama akan terus berusaha, lagi lalu mengomel sendirian, kemudian Mama akan menyerah dan akhirnya menelepon teknisi. Kucing itu mengejar- ngejar, bergulingan, mengejar-ngejar lagi gumpalan benang wol yang kuberikan. Aku memiliki kucing ini sejak ulang tahun ke- sembilan. Ada yang meletakkan kardus berwarna pink dengan talam lembut di depan pintu rumah, berisi dua ekor kucing.
Saru, dengan warna bulu hitam berbintik-bintik putih, aku panggil si I litani. Satu lagi, dengan warna bulu putih berbintik- bintik hitam, aku panggil si Putih. Aku tidak pernah tahu siapa yang mengirimkan kardus itu. Aku mengira itu kado ulang tahun dari kerabat Mama. Kedua kucing ini sepertinya akan baik-baik saja, hingga akhirnya aku bertemu Tamus dari Klan Bulan.
Salah satu kucing itu. Si Hitam kemudian kembali ke Klan Bulan. Kini kucingku tinggal satu, si Putih. Mama sedang berjalan gontai mendekatiku. Wajah- nya semakin cemong. Aku sebenarnya hampir tertawa melihat wajah Mama.
Setelah beristirahat bebe- rapa menit, menghabiskan minuman. Mama balik kanan dengan semangat baru, kembali menghadapi mesin cuci yang ngadat. Aku melanjutkan membaca. Si Putih mulai bosan dengan gulungan benang wol. Dia melompat ke atas sofa, meringkuk nyaman di sampingku. Dua kali lagi Mama bolak-balik mengambil air minum hingga akhirnya dia menyerah, mengomel, meraih telepon rumah, dan menekan nomor pusat servis mesin cuci.
Dia wanita usia empat puluh tahun, dengan rambut sebahu — yang sekarang diikat karet gelang. Pakaian Mama kusut karena berjam-jam mengatasi mesin cuci tadi. Tidak cantik lagi? Setelah sebulan tidak bicara banyak, mungkin ini wakm yang tepat memberitahu Mama. Mereka tidak mencuci baju? Bagaimana mereka membersihkan pakaian kotor mereka? Sekali dibeli, pakaian itu tidak perlu dicuci lagi. Jika terkena kotoran, bisa bersih sendiri.
Membersihkan sendiri? Mesin cuci menyebalkan ini bisa dipensiunkan. Kami diam sejenak. Klan Bulan dengan rumah-rumah sepem balon di atas tiang-tiang tinggi. Mereka berpindah dari satu tempat ke tempat lain lewat kapsul terbang atau lorong berpindah. Klan Matahari dengan rumah- rumah kubus di lereng gunung. Ruangan-ruangan yang bisa melipat, menekuk. Mereka bisa berpindah lewat perapian.
Sementara Klan Bintang lebih maju lagi, berada di perut bumi, mereka menyukai bentuk simetris, kota mereka paling canggih dibanding yang lain. Makanan yang bisa menyesuaikan rasa se- suai keinginan, sofa yang bisa bicara, dan baju yang bisa berubah warna atau model seperti imajinasi pemakainya. Itu seperti berada di luar negeri.
Kota-kotanya jauh lebih maju dibanding kota kita. Bedanya, dunia paralel tidak hanya berada di luar negeri, tapi berada di dunia yang berbeda. Dunia paralel tidak bisa dicapai dengan pesawat terbang atau kapal laut, melintasinya harus melalui portal antarklan. Hanya ke Klan Bintang yang bisa didatangi dengan cara manual. Meng- hilang?
Lebih banyak yang seperti warga di kota kita. Tapi mereka hidup hersama dengan para pemilik kekuatan. Aku menelan ludah, memutuskan meng- angguk. Berarti petualangan kalian ke sana amat menyenangkan. Papa melarang Mama membicarakan soal ini sejak kamu pulang, karena kami khawatir ada banyak masalah dalam petualangan kalian. Itu lunya akan menambah beban pikiran» Ra. Jika semua lancar, kami senang mendengarnya. Mungkin besok-besok Mama dan Papa bisa ikut ke sana.
Kami memang menemukan warga ramah di sana, yang mem- bantu perjalanan, tapi di dunia paralel selalu saja ada orang- orang jahat. Di Klan Bumi juga ada. Semakin besar kekuasaan seseorang, maka dia cenderung semakin rakus, menginginkan kekuasaan yang lebih besar lagi. Tidak peduli jika itu me- ngorbankan orang banyak.
Itu yang membuatku sebulan terakhir kesulitan membicarakan tentang ini kepada Mama dan Papa. Petualangan kami bukan seperti karyawisata atau jalan-jalan.
Mama dan Papa hanya tahu bahwa aku pergi ke dunia paralel untuk belajar banyak hal, melatih kekuatanku. Aku menggeleng — aku tahu maksud kalimat itu. Mama me- nanyakan soal orangtua kandungku. Aku sudah punya Mama dan Papa di Klan Bumi. Kamu pasti ingin mengetahui siapa ibu dan ayah kandungmu, merindukan mereka.
Bertanya- tanya apakah ayahmu masih hidup. Jika masih ludup. Seusiamu Mama hanya memusingkan penampilan, wajah yang jerawatan, dan model rambut, ya masalah remaja. Mama meraih pundakku, memelukku erat-erat. Seandainya dulu Mama masih bisa menemui orang-orang di kamar sebelah persalinan, masih bisa bertanya, mungkin kamu bisa tahu jawab- annya. Bagi Ra, Mama dan Papa adalah orangtua Ra. Kami diam lagi sejenak.
Seli dan Ali juga ikut pergi. Ikut orangtua Seli berlibur ke pantai? Apakah Mama mengizinkan? Im mendadak sekali.
Tapi perjalanan ini amat penting. Juga ada kenalan dari Klan Bulan dan Klan Matahari yang menemani perjalanan kali ini. Kami harus pergi, Ma. Aku terdiam. Aku tidak bisa menjelaskan lebih detail tujuan perjalanan ini. Jika Mama mendesak untuk apa kami segera kembali ke Klan Bintang, aku akan kesulitan.
Beruntung Mama memahami ekspresi wajahku, tidak bertanya lagi. Setelah terdiam, dia mengangguk perlahan. Nanti Mama akan bicara dengan Papa. Kami tahu, hanya soal waktu kamu akan kembali bertualang ke tempat-tempat tersebut, belajar banyak hal. Kamu punya kehidupan yang berbeda. Kami tidak akan mencegahmu menemukan jawaban-jawaban di luar sana. Jawaban yang tidak pernah bisa kami berikan. Mama yakin, besok-besok kamu akan tahu siapa orangtua kandungmu. Ayahmu masih hidup, Ra. Suatu saat kamu bisa memeluknya erat-erat dan dia akan bangga melihatmu.
Montir mesin cuci se- pertinya sudah tiba. Mama beranjak berdiri, bersiap membuka pintu. Mama ingin tahu sehebat apa pakaian tersebut. Mama bosan dengan mesin cuci kita yang suka ngadat. I i tangan teknisi profesional, mesin cuci itu beres dalam waktu linu belas menit. Jangan mencoba memperbaiki sendiri, atau mesin cuci ini rusak total tidak bisa digunakan lagi.
Aku tahu, besok-besok Mama tetap bandel, berusaha memperbaiki sendiri peralatan di rumah. Pukul setengah enam Papa menelepon, memberitahu bahwa dia terlambat pulang, masih ada pekerjaan di pabrik. Papa me- nyuruh kami makan malam lebih dulu, tidak usah menunggui- nya. Aku dan Mama makan malam berdua. Sejak berhasil memberitahu Mama tentang perjalanan hari Sabtu, suasana hariku jauh lebih baik.
Kami berbincang-bincang santai tentang makanan di klan lain. Mama menyimak antusias. Sesekali dia berseru tidak percaya. Setelah membantu membereskan meja makan, mencuci piring-piring, aku masuk ke kamar, melanjutkan membaca buku, ditemani si Putih yang tiduran di ujung kaki.
Malam ini sepertinya akan berlalu dengan damai hingga mendadak pintu jendela kamarku diketuk. Siapa yang bertamu malam-malam, datang lewat jendela kamar di lantai dua pula? Aku bangkit mendekat, mendorong daun jendela. Tidak ada siapa-siapa di sana selain hujan deras, angin menderu, tempias air mengenai wajahku.
Suara mendesing pelan terdengar. Kapsul perak muncul di depanku begitu saja. Ada belalai yang keluar dari kapsul. Belalai itu yang mengeruk jendelaku. Siapa lagi kalau bukan si biang kerok itu. Kepalanya muncul dari balik pintu kapsul terbang yang sekarang terbuka.
Ada yang hendak kutunjukkan. Ini baru pukul tujuh malam. Banyak orang melintas di jalan raya. Kapsul ini bisa dilihat semua orang! Tidakkah si genius ini mau berhati-hati. Apa reaksi te- tangga sebelah jika mereka tidak sengaja melihat ada benda ter- bang berbentuk kapsul bulat di halaman rumah kami? Mereka akan menyangka ada UFO datang ke bumi. Segera naik, Ra! Semakin cepat kamu naik ke kapsul, semakin cepat aku bisa mengaktifkan posisi menghilangnya.
Tabiat Ali yang suka menyuruh-nyuruh tidak pemah hilang. Baiklah, aku mengalah, bergegas melewati jendela kamar, dan melompat ke dalam kapsul. Aku sedikit terpeleset, tapi belalai kapsul menangkap bahuku, membantu berdiri.
Begitu aku berada di dalam kapsul. Desing pelan terdengar. Kapsul itu kembali menghilang. Pintunya menutup. Ini pertama kali aku membawanya terbang. Kenakan sabuk pengaman. Kita menuju tujuan berikutnya. Ali mendorong tuas kemudi. Seperti peluru, kapsul perak itu melesat cepat me- nembus langit gelap. Ali nyengir. Tujuan berikutnya adalah rumah Sel i. Sahabatku itu sudah menunggu di teras belakang, seperti tahu akan dijemput. Seli naik ke dalam kapsul tanpa masalah.
Jadi dia tahu akan dijemput. Kamu paling mengajakku bertengkar, menyuruhku langan menjemput dengan kapsul perak, nanti dilihat orang lain. Atau bilang besok-besok saja, jangan malam ini. Seli tertawa melihat wajah masamku. Dia memasang sabuk pengaman.
Kapsul perak kembali melesat menembus hujan deras. Gerak- annya lincah. Suaranya lebih senyap. Ini generasi lebih canggih dibanding kapsul perak ILY versi 2. Aku tahu, -. Ada banyak rombol baru di papan kemudi.
Layar kaca besar terlihat jernih. Kami bisa menatap leluasa keluar, menyaksikan rumah-rumah, bangunan di kota kami, juga jalan raya yang dipadati kendaraan, perempatan.
Kapsul perak terbang lima belas meter di atasnya, meliuk tidak terlihat, melewati gedung-gedung, menara BTS. Enam puluh detik, kami nba di rumah Ali yang seperti kasrel itu. Kapsul perak mengambang sejenak. Halaman rumput di belakang rumah Ali merekah, membuat lubang besar. Melalui lubang itu, kapsul perak meluncur cepat menuju basement, ke- mudian berhenti, parkir tiga puluh senti di atas lantai.
Ali membuka pintu kapsul. Basement rumah Ali sama seperti yang aku lihat terakhir kali. Ruangan besar dengan banyak peralatan. Meja-meja yang di- penuhi percobaan ilmiah. Benda-benda yang tidak kukenali. Ada lapangan basket kecil di tengahnya, tempat Ali berlatih. Di pojok kecil basement terdapat lemari pakaian, dipan, kursi, meja bela- jar— yang berantakan.
Pakaian kotor terserak di lantai. Ali ber- gegas memungutinya, melemparkannya ke dalam keranjang rotan. Inilah kamar Ali. Seli tertawa. Dia hanya bergurau. Orangtua Ali pengusaha sukses, pemilik perusahaan logistik dunia.
Mereka punya banyak kapal kontainer, berlayar melintasi samudra, membawa barang- barang. Mereka amat sibuk mengurus bisnis, membiarkan Ali dengan segala kegeniusannya bereksperimen di basement rumah. Entahlah, apakah orangtua Ah tahu anak mereka sudah ber- tualang ke dunia paralel. Ali selalu dipanggil "Tuan Muda oleh pegawai orangtuanya. Aku ndak tertarik melihatnya. Dia mengetuk tabung itu dan mengetik huruf-huruf yang tidak kumengerti. Tabung itu mengedip pelan, lantas mengeluarkan proyeksi cahaya di dinding basement.
Itu seperti teknologi milik Klan Bulan. Av pernah memberikan tabung serupa yang berisi seluruh buku di Perpustakaan Sentral, tapi yang satu ini berbeda. Jika tabung milik Av terbuat dari material perak, tabung yang satu ini sama sekali tidak memiliki materi pembentuk, terbentuk dan proyeksi, benda transparan.
Mereka bahkan tidak suka membaca apa pun lagi. Ini buku. Scli, berisi kumpulan pengetahuan Klan Bintang. Ensiklopedia Klan Bintang volume Semua ada di sini. Tabung transparan ini mirip dengan buku transparan di rumah Faar.
Apakah Faar yang memberikan- nya? Salah sarunya tabung transparan ini. Aku hanya membalasnya. Kita tidak akan punya kesempatan melawan armada tempur Klan Bintang tanpa teknologi yang selevel dengan mereka.
Tabung transparan ini berisi semua pengetahuan milik mereka. Kita bisa menggunakannya. Karena aku baru saja tahu bagaimana menggunakan tabung ini. Tiga minggu terakhir, apa pun cara yang kugunakan, tabung ini tidak bisa kubuka, hanya tergeletak membisu.
Ini membuatku kesal berkepanjangan. Tapi aku sudah berhasil memecahkannya. Huruf dan bahasanya tidak kukenali, lapi jika buku transparan milik Faar punya teknologi penerjemah, mengubah bahasanya ke bahasa lain, tabung transparan ini pasti lebih canggih. Aku sudah memikirkan hal-hal paling canggih berminggu- minggu. Cara lama itu. Ali suka sekali menjelaskan sesuatu sepotong-sepotong, membuat orang lain bertanya tidak sabaran.
Sekretaris Dewan Kota Zaramaraz menggunakan kata sandi seperti warga bumi saat ini. Itu cara primitif bagi teknologi Klan Bintang, tapi itu cara paling aman.
Tidak akan ada yang menduganya. Dia menggunakan kata sandi dari rangkai- an huruf Klan Bintang. Kamu bisa menebak apa kata sandinya? Zaramaraz Itulah kata sandinya. Aku berhasil menebaknya lewat aplikasi kombinasi, memerlukan tiga hari mencan kombinasinya, tapi berhasil. Membukanya tanpa izin. Min kalo udah ada e-booknya novel komet yang kelanjutan novel bintang jangan lupa upload ya min, makasih. Salam admin, Komet nya Tere Liye segera upload please, ntar keburu pilpres..
Min komet dong BtW ada bbrp novel epub sama pdf english nih Silahkan Review Buku diatas,. Salam Literasi. Header Ads. Bintang Karya Tere Liye. Unknown Januari 07, Adhif 7 Januari Unknown 7 Januari Unknown 8 Januari AfaroBoy 8 Januari Linda 8 Januari Hibyalhn 8 Januari Rnur 11 Januari Book 1.
Bumi by Tere Liye. Namaku Raib, usiaku 15 tahun, kelas sepuluh. Aku a… More. Want to Read. Shelving menu. Shelve Bumi. Want to Read Currently Reading Read. Rate it:. Book 2. Bulan by Tere Liye. Namanya Seli, usianya 15 tahun, kelas sepuluh. Dia… More. Namun sebelum kamu baca novel Lumpu ini, untuk mempermudah kalian memahami serial Bumi ini, kamu bisa membaca urutan serial sebagai berikut:.
Nah bagi kamu yang tertarik dan ingin membaca eBook novel Lumpu karya Tere Liye ini, kamu bisa mengaksesnya dengan klik link di sini. Berdasarkan keterangan yang terdapat pada Google Play kategori buku, eBook Lumpu diunggah atau diterbitkan ke Google Play pada Desember silam. Bagi kamu yang ingin mendownload eBook novel Lumpu karya Tere Liye klik link di sini.
Oh iya Hopers , untuk mendukung dan menghargai karya-karya penulis, yuk beli bukunya dengan cara legal dan jangan sekali-kali beli buku bajakan. Karena, dengan kamu membeli buku fisik maupun eBook di tempat resmi, artinya penulis bakal mendapat komisi tersendiri.
Coba bayangkan, penulis sudah meluangkan waktunya untuk membuat karya tapi kamu malah tega membeli buku bajakan, kan kasihan juga Hopers. Salam literasi!
0コメント